ANALISIS PUISI "RINDU" KARYA SETYA WAHYUNINGSIH DITINJAU DARI TEORI MH ABRAMS


. KAJIAN PUISI

ANALISIS PUISI  RINDU  KARYA SETIA WAHYUNINGSIH DITINJAU DARI TEORI HM ABRAMS
 
Disusun  Oleh:
NAMA            : TEGUH BEKTI SANTOSO
KELAS           : 4B PBSI
NPM               : 15410082     

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FALKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2017




Analisis puisi yang berjudul  RINDU  karya Setya Wahyuningsih ditinjau dari teori  M.H  Abrams.

Rindu
                        Dingin malam menyelinap tanpa permisi
                        Menerbangkan angan sejuta kenangan
                        Terekam jelas di ingatan
                        Satu sosok tak terlupakan

                        Jauh namun ia tetap ada
                        Samar namun ia tetap terasa
                        Ia tak pernah pergi, tidak pernah benar – benar pergi
           
                        Bahagia ia sama rasa
                        Sedih ia sama duka
                        Ia tulus, ia benar – benar tulus

                        Pergiku ingin kau disini
                        Tegar kau coba melewati
                        Yang tak akan reda untukmu
                        Aku rindu


1.      Pendekatan Mimetik

Dalam karya sastra puisi yang berjudul “ Rindu “ karya Setya Wahyuningsih, penulis menceritakan tentang kisah pesahabatannya ketika masih bersama. Hingga kini dalam benak sipenulis masih terekam dengan jelas masa – masa indah bersama sang sahabat. Masa – masa indah tersebut sampai sekarang masih teringat jelas hingga penulis menganggap ia adalah satu sosok yang tak bisa terlupakan. Hal ini dibuktikan dari bait pertama pada puisi.
“Terekam jelas di ingatan
Satu sosok tak terlupakan “
Penulis merasa bahwa sahabatnya masih ada hati sipenulis walaupun sahabatnya berada jauh dari sipenulis. Penulis juga merasa sahabatnya tidak benar – benar pergi untuk meninggalkannya, ia masih merasa bahwa sahabatnya masih setia disampingnya meskipun keduanya kini terpisahkan oleh jarak. Meski kini persahabatan keduanya terpisahkan oleh jarak namun penulis merasakan adanya persahabatan yang benar – benar tulus dari hati. Keduanya saling membagi bahagia ataupun duka yang sedang di alami oleh salah satu dari mereka. Ini tergambar dari puisi penulis pada bait kedua dan ketiga.
“ Jauh namun ia tetap ada
Samar namun ia tetap terasa
Ia tak pernah pergi, tidak pernah benar – benar pergi “
“ Bahagia ia sama rasa
Sedih ia sama duka
Ia tulus, ia benar – benar tulus “
Penulis menginginkan dimanapun ia berada sahabatnya juga ikut menyertainya. Kini penulis berusaha tegar menghadapi kenyataan bahwa sahabatnya tidak lagi berada disampingnya namun penulis juga memendam rasa rindu yang begitu hebatnya, berharap keduanya dapat bersatu kembali seperti sedia kala. Ini tergambar dari bait terakhir pada puisi berjudul Rindu. Di bwah ini mwrupakan kutipan dari penggalan puisi diatas.
“ Yang tak akan reda untukmu
Aku rindu “

2.      Pendekatan Pragmatis

Ditinjau berdasrkan pendekatan pragmatik , puisi “ Rindu “ karya Setya  Wahyuningsih bertujuan untuk menyampaikan curahan hati kepada pembaca.  Selain itu puisi karya Setya Wahyuningsih juga berguna sebagai penghibur bagi pembaca yang memiliki nasib yang sama atau memiliki kemiripan kisah. Karena bagi pembaca yang memiliki kemiripan kisah dimata mereka (pembaca) pastilah memiliki makna dan arti yang mendalam segingga pembaca ikut larut dalam isi puisi terseebut.  
Selain itu pada puisi ini juga memiliki manfaat tersendiri, setelah pembaca dan memahami isi dari puisi “ Rindi “ pembaca diharap untuk saling menjaga persehabatan, karena dimanapun berada, kapanpun, dan bagaimanapun persahabat sejati tidak akan mati. Bayang seorang sahabat tak akan sirna meskipun lama tidak bertemu. Serta yakin dengan jalinan persahabatan entah sampai kapanpun akan menyatu lagi baik secara langsung maupun dengan alat komunikasi.

3.      Pendkatan Ekpresif

Dalam puisi “ Rindu “ karya Setya Wahyuningsih mengungkapkan perasaan kerinduan yang teramat dalam kepada sahabatnya. Hal tesebut dapat dibuktikan pada bait terakhir baris keempat seperti dibawah ini
“ Aku rindu “
 Perasaan penulis yang menyimpat kerinduan yang teramat dalam kepada sahabatnya sehingga menggambarkan rasa gelisah, galau, gundah, serta rasa kangen yang tak terbendung. Sehingga penulis merasa mendapatkan beban.
Suasana yang di gambarkan penulis dalam puisi ini yaitu kegelisahan, kecemasan, serta kerinduan yang dalam. Pada puisi inijuga memiliki suasana yang cukup memiluka, hingga akhirnya pembaca juga dapat larut dalam kesedihan. Tak hanya isi dan suasana saja yang membuat menjadi sedikit agak dramatis, tetapi pembacaan pada puisi ini juga menggunakan nada yang santai dantidak menggebu – gebu sehingga penikmat ( audiens) dengan mendengar dan menyimak isinya dapai ikut terbawa suasana. Dalam puisinya penulis berharap masih dapat berkumpul dan bersatu seperti dahulu.
Dari segi kreatif, penulis masih kurang tajam dalam pemilihan diksi. Sehingga karya yang dihasilkan kurang indah, dalam pemilihan kata juga masih banyak yang menggunakan kata – kata yang mudah dipahami. Akan tetapi dengan begitu karya yang sihasilkan tidak terlalu berat dan mudah di pahami oleh pembaca mulai pemula hingga diatasnya. dalam penulisan puisi ini penulis juga masih kurang memadatkan hasil karyanya sehingga masih ada beberapa baris yang masih dapat dipadatkan lagi sehingga dapat membantumemperindah dan memperdalam makna yang terkandung pada puisi tersebut.
Kemudian jika ditinjau dari segi imajinatif, penulis masih kurang kuat sehingga apa yang dibayangkan pembaca saat membaca kuang begitu kuat dan juga kurang kuat pula pembaca ikut masuk dan menyelami masalah – masalah yang  telah dialami penulis. Pengimajinasian yang kurang begitu kuat juga dapat mempengaruhi hasil puisi yang dihasilkan. Karena semakin tinggi daya imajinatif penulis dalam mengimajikan suatu karya akan semakin baik pula karya yang dihasikan. Akan tetapi penulis masih dapat menikmati dan memahaminya dengan mudah.
Kudua hal berikut, kreatif dan imajinatif merupakan faktor penting dalam pembuatan atau penulisan kaarya sastra, karena dua hal ini saling bersangkutan dan memiliki hubungan yang erat dalam membangun sebuah karya. Tingkat kreatifitas seseorang berbeda – beda dan semakin tajam tingkat kreatifitas seseorang maka semakin baik pula karya yang dihasilkan. Mulai dari pemilihan kata yang baik dan tidak begitu umum dan menggunakan kalimat – kalimat yang mengandung makna yang dalam. Begitu juga dengan imajinatif. Imajinatif sangat berkaitan dengan daya pikir dan daya khayal seseorang. Semakin kuat imajinatif seseorang dan dapat masuk kepada suasana yang sangat tepat pada saat pengimajinasian maka hasilnya juga aakan semakin berpengaruh dalam karya yang di hasilkan oleh penulis.




4.      Pendekatan Obyektif

Pandangan terhadap karya sastra secara obyektif menyatakan bahha karya sastra merupakan dunia otonom, yang dapat dilepaskan dari pencipta dan lingkungan sosial - budaya zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat diamati berdasarkan strukturnya. struktur tersebut merupakan struktur fisik dan struktur batin. Adapun struktur fisiknya terdiri; perwajahan ( tipografi ), diksi, imaji, kata kongkret, gaya bahasa (majas), rima dan iramai. Sedangkan struktur batin terdiri dari; tema ( sense ), rasa ( feeling ), nada ( tone ), amanat (itention ).


A.      Struktur fisik
1)      Perwajahan (tipografi)
Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris – baris dalam puisi. Peran tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu. Selain itu tipografi berperan untuk menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan – satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Tipografi yang dipakai pada puisi “ Rindu “ karya Setya Wahyuningsih sangat menonjol, dari judul puisi menggunakan huruf kapital di awal di awal kata. Puisi yang memiliki empat bait. Tepi kanan – kiri,pengaturan barisnya, hingga puisi yang kemakai huruf kapital si semua awal barisnya.penulis juga menggunakan baris yang tidak sejajar satu sama lain serta tidak terdapat tanda titik di akhir baris hanya saja terdapat tanda baca koma (,) pada bait kedua dan bait ketiga. Mungkin dalam hal inii penulis menekankan makna atau mempunyai makna yang mendalam. Terbuktu pada kutipan puisi dibawah ini.
“ Ia tak pernah pergi, tak pernah benar – benar pergi “
“ Ia tulus, ia benar – benar tulus”
            Tipografi pada puisi ini menggunakan huruf besar ( kapital) diawal baris. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan puisi berikut.
“ Dingin malam menyelinap tanpa permisi “
“ menerbangkan angan sejuta kenangan “
“ Terekam jelas diingatan “
“ satu sosok tak terlupakan “
Pada bagian bait satu ke bait dua penulis menuliskan puisinya dengan rapi rata kiri sehingga memberikan kesan rapi dan indah. Dalam puisinya penulis juga menuliskan paling banyak tidak lebih dari tujuh belas (17) suku kata. Sedangan suku kata minimal tidak lebih dari empat (4) suku kata, yang tampak pada bagian paling akhir dari puisi tersbut. Seperti yang tertera pada puisi tersebut yaitu.
“ Aku rindu “
Puisi ini terdiri dari empat bait yang setiap baitnya dari empat baris dan hanya ada satu bait yang memiliki tiga baris yang terdapat pada bait kedua. Penulis puisi “ Rindu “ ternyata konsisten terhadap karyanya. Terbukti dari adanya pemakaian huruf kapital disetiap awal baris dalam puisi ini. Seperti penulis yang menekankan makna pada puisi tersebut dengan adanya huruf kapital di setiap awal barisnya atau mungkin juga penulis hanya sekedar menjaga konsistensi penulisan saja.

2)      Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata – kata yang dilakukan oleh penulis dalam karyanya. Karena puisi adalah karya sastra yang sedikit menggunakan kata – kata tetapi memiliki banyak makna, maka sebaiknya kata – kata yang dipilih dalam penulisan puisi harus secermat mungkin. Pemilihan kata – kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, seselarasanbunyi dan juga urutan kata.
Dalam puisi “ Rindu “ penulis menggunakan diksi yang mudah dimengerti dalam sekali baca. Penulis juga kurang selektif dalam menuliskan puisinya sehingga kata – kata yang tertulis dalampuisi tersebut terbilang mudah untuk dipahami. Penulis memilih kata – kata yang sederhana dan tidakm terlalu memberatkan pembaca. Pemilihan kata – kata yang penulis lakukan membuat pembaca merasa lebih jelas dalam merasakan suasana hati yang di curahkan oleh penulis.

3)      Imaji ( citraan )
Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji perasaan, penglihatan, dan pendengaran. Pada puisi ini memang tidak terlalu memunculkantektik imaji yang dominan, tetapi penulis masih mampu membuat pembaca merasakan apa yang penulis rasakan dan sampaikan melalui pusi tersebut.
Pada bait pertama, kedua ,dan ke tiga penulis menuliskan baris puisi yang berisi.
“ Menerbangkan sejuta kenangan
Terekam jelas di ingatan “
“ Jauh namun ia tetap ada
Samar namun ia tetap terasa”
“ Ia tulus, ia benar – benar tulus ”
Yang secara tidak langsung penulis memunculkan imaji perasaan.
Pada bait pertama baris ketiga penulis memunculkan imaji penglihatan dan pendengaran. Hal tersebut dapat dibuktikan dari penggalan puisi berikut.
“ terekam jelas di ingatan “
Untuk merekan sesuatu yang telah terjadi umumnya manusia menggunakan indra penglihatan dan pendengaran untuk menyimak dan kemudian merekam kedalam otak.

4)      Kata kongkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata – kata yang berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi “ Rindu “ karya Setya Wahyuningsih terdapat  kata kongkret sebagai berikut:
·         Menerbangkan angan sejuta kenangan
Entah apa yang di maksudkan penulis dalam kalimat tersebut, mungkin menyebar kenangan semasa masih bersama sahabat atau mungkin memiliki makna lain.

5)      Gaya bahasa ( majas)
Penulis dalam menuliskan karyanya tidak begitu dominan dalam menampilkan majas atau gaya bahasa. Dalam puisi ini penulis penulis menggunakan gaya bahasa sinestesia, hiperbola, dan persinifikasi seperti yang tertera di bawah ini.
·         Sinestesia         : bahagia ia sama rasa
·         Hiperbola         : menerbangkan angan sejuta kenangan
·         Personifikasi    : terekam jelas di ingatan

6)      Rima dan Irama
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adlah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam puisi “ Rindu “ karya Setya Wahyuningsih kuang beraturan karena penulis lebih mementingan isinya, rima pada puisi “ Rindu “ yaitu : i-a-a-a-a-a-i-a-a-u-i-i-u-u
Rindu (u)
                        Dingin malam menyelinap tanpa permisi (i)
                        Menerbangkan angan sejuta kenangan (a)
                        Terekam jelas di ingatan (a)
                        Satu sosok tak terlupakan (a)

                        Jauh namun ia tetap ada (a)
                        Samar namun ia tetap terasa (a)
                        Ia tak pernah pergi, tidak pernah benar – benar pergi (i)
           
                        Bahagia ia sama rasa (a)
                        Sedih ia sama duka (a)
                        Ia tulus, ia benar – benar tulus (u)

                        Pergiku ingin kau disini (i)
                        Tegar kau coba melewati (i)
                        Yang tak akan reda untukmu (u)
                        Aku rindu (u)
Puisi ini memiliki rima yang bisa dibilang kurang beraturan. Sedangkan irama yang dihasilkan pada puisi ini menggunakan irama yang menunjukan kesedihan dan kerinduan. Sehingga irama yang dihasilkan terkesan sendu, pilu, dan santai.

B.     Struktur Batin
1.       Tema
Pada puisi ini yang berjudul “ Rindu “ penulis mengangkat tema kerinduan dengan sahabat. Terbukti dari bait puisi berikut ini :
” Jauh namun ia tetap ada
Samar namun ia tetaap terasa
Ia tak pernah pergi,tidak pernah benar – benar pergi “

  “ Pergiku ingin kau disini
Tegar kau cob melewati
Yang tak akan reda untukmu
Aku rindu “


2.         Perasaan (feeling)
Perasaan penulis yang tampak dalam puisi “ Rindu “ adaalah rasa rindu yang begitu deras, kangen dan berharap. Karena penulis dalam puisi ini terlihat seperti masih menunggu saat – saat berama kembali sehingga rasa rindu yang di sampaikan oleh penulis dapat terobati. Penulis juga mengisahkan kedua sahabat yang sulit untuk dipisahkan disitu  diceritakan separti masih hidup bersama sahabat di sampingnya meskipun sebenarnya persahabatannya terpisah oleh jaraak dan waktu. Hal tersebut dapat dibuktikan dari penggalan puisi yang terdapat pada bait ke dua.
“ Jauh namun ia tetap ada
Samar namun ia tetap terasa
Ia tak pernah pergi, tidak pernah benar – benar pergi “


3.      Nada dan Suasana
Ketika kita mulai membaca judul puisi “ Rindu “ karya Setya Wahyuningsih sudah mulai terasa suasana pada puisi ini. Pada judul “ Rindu ) suasana dan nada sudah mulai kelihatan bahwa nada dan suasana pada puisi ini pilu dan sedih yang diselimuti oleh kerinduan yang begitu kental. Sehingga menambah suasana haru pada pembacaan puisi ini. Mengingan tema yang diangkat untuk puisi ini jiga kerinduan dengan sahabat maka nada yang di pakai atau digunakan dalam puisi ini yaitu pelan dan tidak berapi –api atau tidak terlalu bersemangat namun tetap santai dan menenangkan.

4.         Amanat
Dalam puisi ini penulis mengungapkan rasa kesepian dan kerinduannya dengan menghayalkan dan berharap dapat berkumpul kembali dengan sahabat yang telah berpisah. Sehingga membuat penulis yakin akan datang kembali sosok sahabat yang dirindukan selama ini yang telah terpisahkan oleh jarak dan waktu.
Jadi amanat yang dapat kita peroleh dari puisi ini adalah jangan pernah menyerah dan jangan pernah putus asa dengan apa yang kita inginkan. Kita harus yakin bahwa suatu saat apa yang kita inginkan dapat tercapai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS PUISI SEPISAUPI DENGAN TEORI OBJEKTIF M.H ABRAMS

FOLKLOR TELAGA HIJAU