CERPEN PASIEN DAN DOKTER SINTING
PASIEN DAN DOKTER SINTING
Siang itu cuaca sangat cerah sekali, panas terik matahari
begitu menyengat kulit. Debu jalanan menyambar – nyambar dari beberapa sudut.
Suasana bosan tiba – tiba datang menyelimuti perasaan yang penuh keheningan.
Tetapi dibalik beribu rasa yang tak karuan ini tak mungkin rasanya sang dokter
beranjak pulang tuk berkumpul bersama keluarga dan segera memulihkan rasa yang sulit dipahaminya
itu. Dia masih bertahan dengan tugasnya sebagai tenaga kesehatan. Siang itu
rasanya sungguh tak karuan, ingin bebas dengan semua tugaspun tak bisa ia
lakukan.
Dibalik rasa tak karuan berantakan ini ia harus sedikit
merubah sikapnya yang juga tak karuan. Pasien mulai berdatangan dengan beragam
penyakit yang dideritanya. Dengan berbekal nomor antrian yang dipeganggnya,
semua pasien duduk di kursi anteran dengan memikul beban penyakit yang
dideritanya. Dalam antreannya mereka begitu cemas dan berharap dokter segera
memanggilnya untuk segera di periksa, sehingga dokter dapat segera mengetahui
serta memberi solusi mengenai apa yang mereka derita selama ini.
Pasien pertama mulai dipanggil dan bergegas memasuki
ruangan tempat dokter praktik. Dengan penuh kecemasan pasien berjalan menuju
kedalam ruangan dokter. Pasien ini bukan pasien sembarangan, dia menyandang
penyakit buta sejak secil namun tak tau bagaimana cara menyembuhkannya. “ silahkan duduk, apa keluan saudara?” tanya
dokter dengan muka datar dan diselimuti rasa malas. Sontak pasien langsung
menjawab pertanyaan dokter dengan muka tegang. “emm... begini dok, saya
mempunyai penyakit aneh” “ heeeemmmm” jawab dokter. “ saya tiak bisa melihat
apa – apa dok, apalagi untuk melihat masa depan atau masa lalu satu kedipan
saja tak pernah kumelihat, padahal saya ingin sekali melihat masa lalu saya
yang sudah hilang entah kemana. Sedih rasanya menjadi saya dok, saya ingin
dapat melihat kembali.” Kata pasien
dengan panjang lebar ia menjelaskannya. Dokter kembali menjawab dengan kata “
hheeemmm”. Tak berapa lama kemudian dokter menuliskan resep dan memberikannya
kepada pasien. Pasien pun menerima resep dokter dengan muka polos dan segera
bergegas keluar dari ruangan.
Tidak lama kemudian pasien selanjutnya memasuki ruangan
praktik dokter ditemani dengan isterinya yang selalu sabar dan penuh cinta
dalam merawatnya. Anehnya pasien ini membawa ppedang samuarai dan tak mau
berkata – kata. Dokter mempersilahkan duduk keduanaya bertanya
Dokter : “
siapa yang sakit? Apa keluhannya?”
Isteri : “
suami saya dok. Dok, suami saya ini memiliki penyakit yang sangat aneh, dia
buta tapi tidak buta sembarangan.”
Dokter : “hemm... sejak kapan dia buta?”
Isteri : “sejak kita meningkah dok”
Dokter : “hemm... sejak kapan kalian meningkah?”
Isteri : “
sudah lama dok, saya lupa. Dok, suami saya ini mengalami penyakit yang sangat
aneh, kalau malam dia tidak bisa tidur kalaupun tidur dia selalu memeluk pedak
samurai miliknya bahkan menjilat pedang hingga berdarah setelah itu dia bisa
tidur nyenyak. Anehnya lagi dok, suami saya selalu bangun pagi tepat pukul
05.00 setiap hari tanpa dibangunkan dengan alaram, setelah itu dia
membangunkanku. Dia terlalu yakin bahwa dunia ini hanya milik kita berdua saja
tanpa ada orang lain disekitarnya, dia selalu menganggap orang lain yang sedang
berada disekitarnya itu binatang. Aneh kan dok? Penyakit apa itu dok?” ucapnya
kepada dokter dengan rasa yang menggebu- bebu.
Dokter : “
hemm...” kemudian memberikan resep dan menyuruhnya keluar.
Pasien selanjutnya masuk dengan kostum pocong serta
melompat – lompat seperti pocong. Lagi – lagi dokter menyapa dengan kata “
hemm” kemudian pocong menjelaskan sebab – sebab kematianya yang disebabkan oleh
kecelakaan. Sang dokter kaget dan tidak percaya dengan apa yang ia katakan
dengannya. Dengan penuh rasa penasaran akhirnya dokter mengecek kebenarannya
dengan melihat kakinya yang ternyata dia hantu dan kakinya tidak menyentuh
tanah. Dengan penuh rasa sesal dan bingun pocong menjelaskan kepada dokter
mengenai kematiannya dan menginginkan dia agar tetap hidup kembali seperti
sebelumnya. Setelah mendengan semua tentangnya, dengan penuh rasa takut dokter
memberi resep kosong dan menyuruh pocong segera meninggalkan ruangannya serta
menyuruh pocong mengisi sendiri kertas resep yang telah di berikannya. “ gila
orang mati aja masih sempat – sempatnya berobat kesini, apa –apaan ini.” Kata
dokter dengan penuh rasa kesal.
Tak lama kemudian pasien selanjutnya masuk keruangan dengan
penuh ketidak jelasannya. Seperti biasa dokter bertanya kepada pasiennya
kemudian pasen menjawab dengan nada yang biasa saja. Namun lagi – lagi dokter
menjawab seperti biasa dengan kata “ heemm”. Pasien kali ini sangat berbeda
dari pasen – pasien sebelumnya sehingga membuat dokter cuek ini kebingungan dan
sulit mengatasinya. Paien ini sangat agresif, bahkan nada pembicaraan saja
dapat membuat pasien emosi dengan seketika. Setelah dengan panjang lebar pasien
menerangkan kepada dokter dengan penuh rasa agresif yang dimilikinya pasien
menunggu jawaban dokter sembari dokter menuliskan resep untuknya. Akhirnya sang
dokter memberikan selembar kertas berisikan resep untuk pasiennya tersebut
dengan menggunakan nada yang lemah lembut, karena setiap kali dokter berbicara
dengan menggunakan nada yang salah pasien kembali mengamuk sesukanya.
Selanjutnya datang lagi pasien dengan penyakit yang yak
kalah anehnya daripada pasien – pasien sebelumnya. Kini pasien memasuki ruangan
dengan penuh senyuman lalu menghampiri dokter dan duduk di kursi yang telah
tersedia. Dengan seketika pasien bertanya kepada dokter mengenai penyakit aneh
yang dideritanya itu.
Pasien : “ dok, tolong sembuhkan penyakit saya, penyakit
saya ini penyakit langka dok.”
Dokter : “hemm...”
Pasien : “
penyakit saya ini aneh dok, seperti kutil tetapi selalu berpindah – pindah dok,
penyakit ini kadang di jidat, dipedrut, ditangan, dan lihat ini dok, penyakit
saya kambuh lagi sekarang dia ada di tangan saya dok, penyakit macam apa ini
dok?” sambil menujukkan penyakit yang sedang kambuh.
Dokter :
“hemmm... bagaimana rasanya?”
Pasien : “
rasanya tergantung saya dok, kadang terasa enak, geli, sakit, dan lainnya.”
Jawabnya sambil tersenyum malu.
Dokter : “
hemmm...”
Dokter kembali memberikan resep kepada pasien dan
menyuruh masien kelur dari ruangannya.
Dokter merasa sangat kesal dan tidak paham apa yang
sebenarnya mereka derita hingga membuatnya semakin gila. Dia bingung dengan
semua ini dan selalu berfikir tentang siapa yang gila sebenarnya apakah dia
ataukah pasien yang selalu datang dengan berbagai penyakit aneh yang
dideritanya.
Komentar
Posting Komentar