FOLKLOR
TELAGA
HIJAU
Telaga
Hijau merupakan sebuah objek yang berupa telaga kecil buatan manusia yang terletak di Dukuh Krenggan, Desa Pungangan,
Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang. Setiap tahun menjelan bulan suro masyarakat
dukuh krenggan melaksanakan tradisi bersih – bersih atau menguras Telaga Hijau
hingga bersih dan dibendung kembali hingga airnya penuh. Tidak hanya membersihkan telaga saja
tetapi warga juga menangkap ikan yang berada di dalam telaga. Terakhir kegiatan
tersebut ditutup dengan slametan dan makan bersama sebagai wujud syukur,
kebersamaan, dan kekompakan yang dijalin antar masyarakat. Tradisi ini dipercaya bertujuan untuk membersihkan diri
atas hal-hal yang telah lalu dan menjalin hubungan yang lebih erat antar sesama
dengan cara bersih – bersih bersama yang di lakukan di telaga. Pada puncak
acara, tepatnya pada malam tanggal satu bulan suro biasanya warga mengadakan
ritual yang dilakukan di Telaga Hijau. Dalam ritual tersebut juru kunci atau
yang biasa disebut kuncen meletakkan sesajian di Telaga Hijau, kemudian kuncen
tersebut membaca doa – doa lalu dilanjutkan dengan menebar beras emas di
sekeliling area Telaga Hijau. Setelah ritual selesai dilakukan, para masyarakat
yang percaya dengan adanya mitos yang beredar dilingkungan sekitar Telaga Hijau
biasanya mandi ditelaga. Konon masyarakat percaya jika mandi di telaga tersebut
dapat mensucikan diri. Selain itu disini juga dijatikan tempat wisata meskipun
belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah.
.
TELAGA
HIJAU
|
TIDAK
ADANYA BANGUNAN LAIN SELAIN MUSHOLA/GUBUG.
|
TUJUAN
SEBAGAI TEMPAT PENYSUCIAN DIRI, DAN PARIWISATA
|
- SEBAGAI TEMPAT MENSUCIKAN DIRI
-TEMPAT BERSANTAI
-SEBAGAI TEMPAT BERLIBUR
D
|
KONON
WARGA DESA PERCAYA JIKA MANDI DI
TELAGA HIJAU NISCAYA DAPAT MENSUCIKAN DIRI.
|
1. SEJARAH TELAGA HIJAU
Telaga hijau merupakan wadah
penampung air yang berbentuk menyerupai telaga. Pada tahun 1960-an, Bapak
Nuryadi selaku tokoh masyarakat yang sekaligus menjabat sebagai kepala desa
pungangan menjadi sosok utama dalam pembuatan telaga hijau. Pada saat itu
awalnya hanya kebun yang terdapat kubangan air. Kemudian Bapak Nuryadi
berencana membuat telaga dengan bantuan para warga. Kemudian Bapak Nuryadi
beserta warga bergotongroyong membuat telaga dengan alat yang masih sederhana. Setelah
telaga selesai dibuat, terdapat beberapa orang yang berkunjung ketelaga hijau
untuk melakukan meditasi. Pembuatan telaga ini pada awalnya bertujuan sebagai
tempat pensucian diri dan sebagai sumber mata air dan irigasi. Di telaga hijau
juga terdapat bangunan kecil yang digunakan sebagai mushola yang digunakan
untuk sholat atau bertirakat masyarakat Dukuh Krenggan maupun sekitarnya.
2. MITOS TELAGA HIJAU
Di
telaga hijau terlahir mitos yang berkembang di masyarakat. Masyarakat dukuh
Krenggan percaya jika pada malam tanggal satu suro melakukan aktifitas mandi di
telaga hijau dapat membersihkan dan mensucikan diri dari segala hal yang telah
lalu. masyarakat juga percaya jika mandi dilandasi dengan niat dan doa yang
baik niscaya dapat diberian kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
3. TRADISI
Tradisi yang berkaitan
dengan telaga hijau dan rutin diadakan setia tahunnya. Setiap tahun menjelang
memasuki bulan suro menurut penanggalan jawa, masyarakat Dukuh Krenggan
bergotong royong menguras dan membersihkan seisi telaga hijau. Setelah telaga
dikuras bersih telaga dibendung kembali hingga air didalamnya terisi penuh.
Sehari sebelum tangga satu suro masyarakat Dukuh Krenggan mengadakan acara
nyadran di makam. Kemudian di keesokan harinya diadakan pengajian akbar untuk
memperingati tahun baru islam. Setelah itu pada malam hari yang juga merupakan
puncak acara diadakan kesenian tradisional seperti wayang kulit, kuda lumping
dan lain-lain. Di sela-sela diadakannya kesenian tradisional tersebut biasanya
tepat pukul 12.00 sesepuh desa membawa sesaji ke telaga hijau serta menebar
beras emas disekeliling telaga hijau.
Komentar
Posting Komentar